Menebar Benih Pendidikan Karakter, Menuai Kebaikan
Menebar Benih Pendidikan Karakter, Menuai Kebaikan
Sungguh
miris ketika membaca sebuah headline pada Detiknews edisi Kamis,16
November 2023. Judul headlinenya mencolok: Siswa SMP di Lamongan
Bacok Bu Guru Gegara Ditegur Tak Pakai Sepatu. Apa sejatinya yang
sedang terjadi dalam dunia pendidikan di negeri tercinta ini? Jadi ngeri-ngeri senep
terus mules. Apa yang perlu dilakukan oleh para pendidik untuk mencegah
hal-hal buruk ini berulang terjadi? Haruskah pendidik melindungi diri dengan
kostum berlapis baja. Seperti layaknya pemeran dalam film Satria Baja Hitam. What’s
wrong?
Meski
pesan headline ini tidak dapat serta merta digeneralisasikan bahwa
keadaan pendidikan seperti yang tergambar dalam isi berita ini yang sedang
terjadi di negeri kita. Namun, sebagaimana filosofi pendidikan adalah
menyiapkan generasi untuk dapat hidup baik dan membaikkan pada zamannya, perlu
dilakukan revitalisasi pendidikan karakter di semua jalur, jenjang, dan jenis. Di
antaranya, berupa langkah intensifikasi pendidikan karakter.
Pada
kesempatan ini, disajikan ulasan tentang praktik baik intensifikasi pendidikan
karakter pada jalur pendidikan formal, khususnya jenjang pendidikan dasar pada
tingkat SMP, pada jenis SMP Negeri.
Ini sangat
perlu dilakukan oleh guru di sekolah setiap saat, setiap hari, tanpa henti.
Setidaknya 5 hari atau 6 hari dalam sepekan. Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis,
dan Jumat. Ditambah dengan Sabtu bagi daerah yang menetapkan 6 hari belajar
dalam sepekan. Kelima atau keenam hari ini merupakan hari efektif para siswa
belajar di sekolah. Para orang tua dan guru berkolaborasi secara aktif berbagi
peran membiasakan pendidikan karakter sesuai waktu dan tempat masing-masing.
Sedangkan
sisanya, hari Sabtu dan Ahad atau Ahad saja dapat sepenuhnya dilakukan oleh
para orang tua di rumah kurikulum yang pasti. Jika semua terlaksana dengan baik,
inysaallah dapat melesapkan hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Apa benar
demikian? Yakinkah kita?
Berpijak
pada pengertian pendidikan karakter menurut John W. Santrock, bahwa “Pendidikan
karakter adalah pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada
peserta didik untuk menanamkan nilai moral dan memberikan pelajaran kepada
murid mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang dilarang”.
Saya sebagai salah satu pendidik di SMPN 55 Surabaya turut aktif mendukung
terlaksananya penerapan intensifikasi pendidikan karakter ini. Tentu waktunya
mengikuti 5 hari efektif di sekolah ini, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan
Jumat. Lantas, apa saja kegiatannya?
Upacara Bendera,Gambar: Dokumen Pribadi
Pada hari Senin, pendidikan karakter yang kami tanamkan adalah tentang kedisiplinan. Bukan berarti hari yang lain tidak disiplin. Tidak. Pagi sebelum pelajaran dimulai ada waktu jam ke-0 (06.30 – 07.10) digunakan untuk upacara bendera. Seperti kita ketahui bersama dalam kegiatan ini penerapan berseragam lengkap, berbaris sesuai kelas masing-masing, dan mengikuti rentetan alur tata upacara pengibaran dengan sikap sempurna. Walau tidak sedikit siswa yang hampir pingsan atau bahkan jatuh pingsan. Prosesi upacara terus bergulir. Kedisiplinan tertanam bak militer tipis-tipis.
Dari
sisi pendidikan, para siswa diajak secara langsung untuk berdiri tegak, menahan
diri dari keinginan selengekan, berbicara, dan bercanda. Dan yang
terpenting, mereka membiasakan diri fokus dan berkonsentrasi mengikuti ritme
upacara yang dari dulu tidak berubah. Pengibaran bendera, pembacaan teks
Pancasila, pembukaan UUD 1945, janji siswa, amanat pembina upacara, menyanyikan
lagu wajib, dan berdoa. Keseluruhan kegiatan mengandung makna patriotisme dan bernegara. Jadi dengan berupacara bendera,
diharapkan mereka memahami arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan dengan
tujuan mereka biar siap mempertahankannya sampai titik darah penghabisan.
Sementara
pada hari Selasa, pada jam ke-0 para siswa muslim berkumpul di lapangan tengah
untuk melaksanakan salat Dhuha bersama. Tidak terkecuali siswa perempuan yang
sedang berhalangan. Mereka tetap berada di lapangan, duduk di shaf paling
belakang. Pertanyaannya koq di lapangan ya? Ya iyalah, karena sekolah kami
belum mempunyai musala yang mampu menampung seluruh siswa. Tapi jangan
khawatir, sekolah sudah menyiapkan terpal sebagai alasnya. Untuk menjaga
kesucian tempat salat. Terpal disiapkan atau digelar oleh petugas kebersihan.
Sedangkan untuk menggulungnya ada jadwal piket yang bergantian dari kelas 7, 8,
dan 9.
Salat Dhuha Bersama, Gambar: Dokumen Pribadi
Lalu
bagaimana dengan siswa non muslim? Mereka berkumpul di lab IPA untuk melakukan
ritual doa bersama dan membaca kitab suci dibawah bimbingan pendidik yang
seiman. Mereka akan bergabung ke lapangan ketika kegiatan nonagamis (leterasi
dan sabar mama) berlangsung.
Setelah
salat Dhuha para siswa berdzikir dan beristighfar serta membaca doa salat
Dhuha. Dengan demikian mereka mengingat Allah dan mendekatkan diri pada-Nya.
Selain itu, khusus pada hari ini, Selasa, ada kegiatan literasi. Kegiatan ini
diisi dengan membaca puisi, cerpen, tari pantomim, tari kreasi, dan menyanyi.
Bahkan jula juli pun ada di sesi ini. Sangat bervariasi sesuai ide kreatif
masing-masing kelas sesuai dengan jadwal tampil. Lalu apa yang dikerjakan para
siswa yang tidak tampil? Tentu mereka diminta untuk mengapresiasi dengan
mengemukakan pendapatnya secara lisan maupun tulis. Bagi siswa yang berani
tampil dalam mengapresiasi karya pasti mendapat reward. Dan mereka berlomba
untuk mendapatkannya.
Lantas
kegiatan apakah pada hari Rabu? Hem … ya … ya .… Pada hari Rabu masih sama
dengan hari sebelumnya. Kegiatan awal diisi dengan kegiatan salat Dhuha
bersama, berdzikir dan berdoa. Kegiatan selanjutnya adalah Sabar Mama (pinjam
istilah dari Pak Guru Untung). Apa itu Sabar Mama? Sabar Mama
adalah sarapan bersama masakan mama. Artinya, para siswa membawa bekal dari
rumah yang dikemas dalam tepak makanan dan minuman dalam tumbler. Makanan
yang dibawa warga sekolah bukan dibungkus kertas, plastik, atau kemasan yang
lain. Pembiasaan ini dilakukan juga sekaligus untuk memenuhi salah satu syarat
sekolah adiwiyata tingkat provinsi yang sedang dijalani sekolah saat ini.
Kegiatan
Sabar Mama sejatinya merupakan pembiasaan sebagai wujud pendidikan
karakter siswa bagaimana adab ketika mau, sedang, dan mengakhiri makan. Berdoa
sebelum makan, makan tanpa menimbulkan suara, berbagi dengan teman yang
berdekatan (saling mencincip), dan adab mengakhiri serta setelah makan.
Pembiasaan
ini sejatinya bak tombak bermata dua. Di samping didesain sebagai wahana pendidikan
karakter, juga mendukung program pemerintah dalam menanggulangi stunting
pada usia anak-anak.
Lalu,
bagaimana dengan siswa yang tidak membawa bekal? Mereka dikumpulkan dan
diingatkan untuk membawa bekal dari rumah agar sama dengan teman-teman lainnya
untuk mendukung program sekolah. Namun, juga diidentifikasi latar belakang
mereka tidak membawa bekal dari rumah setelah dikonfirmasikan juga kepada orang
tua/wali siswa masing-masing. Dengan demikian, dapat ditemukan solusi arif nan
mencerahkan.
Merekam
jejak kegiatan pembiasaan hari Kamis. Masih tetap, kegiatan pada setiap hari
Kamis diawali dengan pembiasaan salat
Dhuha bersama, dilanjutkan dengan membaca kitab suci Al-Qur’an. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan cara membaca bersama-sama dipandu oleh siswa yang sudah
fasih dalam membacanya karena siswa pemandu ini dipilihkan siswa yang kemapuan
tajwidnya telah memadai. Pembiasaan membaca kitab suci dengan tutor sebaya.
Maksudnya,
siswa pemandu ini dipilih oleh guru Pendidikan Agama Islam dan wali kelas
dengan kriteria siswa yang telah memahami hukum bacaannya dan benar makhrajnya.
Tentu saja masih dalam bimbingan maupun pendampingan pendidik yang mumpuni.
Bacaan surat dan ayatnya bersambung dari pekan ke pekan berikutnya sampai mengkhatamkan
kitab suci 30 juz ini.
Pada
kegiatan membaca kitab suci, semua siswa wajib hukumnya membawa kitab suci Al-Qur’an
dari rumah masing-masing. Dalam hal ini, secara tidak langsung para siswa
dididik untuk mencintai Al-Qur’an dengan membawanya sekali dalam sepekan.
Tentu, mereka juga dikenalkan dan dibiasakan membawa kitab suci ini dengan
adabnya. Sebagai tambahan kegiatan pembiasaan ini, pada jam terakhir setiap hari
Jumat ada sesi membaca kitab suci dan setoran hafalan surat-surat pendek. Dengan
kegiatan pembiasaan ini, mereka dibekali modal agar pada saat salat fardu maupun
salat-salat sunah bacaan surat pendeknya tidak hanya tri-Qul ( Al Ikhlas, Al
Falaq, dan An Nas).
Sebagai
gambaran aktivitas pembiasaan akhir pekan di sekolah kami, pada setiap hari
Jumat, kami tidak mengadakan salat Dhuha bersama. Mereka disediakan waktu dan
dimotivasi melaksanakan salat Dhuha saat jam istirahat secara mandiri. Peranan
guru dan siswa pengurus OSIS sebagai teladan menjadi bermakna dan sangat
penting. Kegiatan pada hari ini sesuai dengan jadwal atau sesuai dengan
kebutuhan. Ada 4 kegiatan yang bervariasi yaitu Jumat Bersih, Jumat Sehat,
Jumat Religi, dan Jumat Kreasi.
Jumat Bersih adalah kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dari bagian depan hingga areal belakang dan dari bagian samping kiri hingga sampai kanan. Tidak ada sejengkal tanah pun yang luput dari jangkauan tangan para siswa dan semua warga sekolah. Pembiasaan ini mampu menciptakan suasana bersih dan nyaman saat pembelajaran berlangsung.
Para wali kelas berkewajiban mendampingi siswanya sesuai jadwal pembagian areal yang dibersihkan yang sudah ditentukan. Dari kegiatan ini para siswa dididik dan dilatih untuk sigap membersihkan tempat yang kotor dan membenahi tempat yang amburadul.
Selanjutnya,
Jumat Sehat adalah Jumat yang diisi dengan kegiatan berolahraga oleh semua
warga sekolah. Aktivitas ini bertempat di lapangan sekolah. Olah raga ringan dan
bervariasi, warga sekolah dapat memilih senam UKS, senam aerobic, atau
goyang maumere gemu famire. Pemandunya adalah guru PJOK yang
berkompeten. Dengan berolah raga, dikondisikan dapat tercipta mental yang sehat
dan raga yang kuat.
Adapun
Jumat Religi adalah Jumat di mana diadakan salat Dhuha bersama kemudian
dilanjutkan dengan istighasah. Bahkan bisa pula diisi dengan kegiatan lain yang
bersifat keagamaan seperti peringatan hari besar keagamaan. Selain itu, trending
topic tentang agresi militer Israel kepada bangsa Palestina di Jalur Gaza
dan sekitarnya menuntun kami untuk melaksanakan salat ghaib. Salat ghaib
untuk mendoakan saudara-saudara umat Islam yang gugur di Palestina yang
sedang bergolak saat ini. Para siswa diajari untuk bisa melaksanakan salat
ghaib, berdoa untuk mujahid Palestina dan sekaligus sebagai media untuk
mendidik mereka agar mencintai sesama muslim.
Yang
terakhir, Jumat Kreasi, adalah kegiatan yang mewajibkan semua siswa
untuk membawa sampur untuk menari remo bersama dengan mengikuti penari-penari
yang telah terampil buah gemblengan kegiatan ekskul tari. Tari remo massal
pelajar se-Surabaya tahun 2022-lah yang mengilhami kami untuk memasukkan Jumat
kreasi sebagai salah satu agenda rutin setiap bulan. Selain itu, kegiatan ini
juga bertujuan untuk nguri-uri budaya lokal Surabaya agar tidak tergerus
oleh budaya asing yang semakin marak akhir-akhir ini.
Nakh, …
jelas sudah bagaimana usaha-usaha menebar benih-benih pendidikan karakter untuk
menuai karakter baik yang sangat diperlukan saat ini. Ikhtiar ini sebagai upaya
untuk melesapkan hal-hal buruk yang menimpa orang lain utamanya para pendidik
oleh para peserta didiknya. Lebih jauh lagi agar tumbuh manusia-manusia
berkarakter baik tentunya di alam semesta, wa khususon di Indonesia.
Bukankah kebaikan berawal dari diri sendiri. Bagaimana tercipta kebaikan kalau
tak ada pembiasaan sejak dini. Semoga benar adanya bahwa hasil tidak pernah
mengkhianati proses.
Keren Bagus sekali, membangun Budaya positif, beriman dan bertaqwa, disiplin beribadah, sholat berjamah, berliterasi, menjaga kesehatan dengan senam, jadi kesimpulannya menjadikan siswa sehat jsmani dan rohani, tulisan yang bagus sekali
BalasHapusMatur nuwun Bapak...
HapusPangestunipun...
Semangat tanpa batas...
Masya Allah, panjang, tapi semua kalimat bernutrisi, memiliki ruh sehingga tidak ada yang bisa dihilangkan (seperti pengertian cerpen, hehehe). Sangat inspiratif. Izin, sewaktu-waktu, mungkin saya mengadopsi dan/atau mengadaptasi kegiatan ini, baik sebagai usul pribadi ke pimpinan (kepala sekolah) dan/atau usulan pimpinan ke rekan2 kolega. Jazakillah khair atau sharing ilmu, wawasan, dan ide-ide cemerlangnya, Bu Sri. Salam sehat dan sukses selalu.
BalasHapusMatur nuwun Abah Mustajib...kami menyadari kemampuan peserta didik kami...kalau dipacu dalam bidang akademik agaknya berat...kami memilih sisi non akademik...
HapusSemoga Allah memudahkan upaya kami...