Ironisnya Berpasangan


 

Oleh: Sri Rahayu

 

Allah menciptakan hampir semuanya berpasangan, ada siang ada malam, ada gelap ada terang, ada laki-laki ada perempuan, dan sebagainya. Ada keinginan mendesak untuk mengupas walau tak tuntas quote of the day Pak Dosen (Much. Khoiri) kali ini yang berbunyi “Sepintar, sekuat, dan sehebat apa pun laki-laki, jika dia merendahkan wanita, maka dia akan menuju kehancuran”. (Much.khoiri) 012021.

 

Dalam Al-Quran surat Al-Hujarat ayat 13 yang artinya "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti", sudah jelas bagaimana makhluk ciptaan-Nya yang bernama manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Dan  selanjutnya menjalani kehidupan di dunia ini dengan tetap berpegang pada norma agama yang Allah sampaikan melalui wahyu-wahyu-Nya.

 

Tidak semudah yang diucapkan, manakala sudah berusaha tetapi kenyataannya tetap saja… Apakah itu? Hem…tentang quote Pak Emcho di atas. Quote yang tersimpan rapi dalam aplikasi screenshot dalam gawai. Tersimpan rapi menanti dicermati guna merefleksi diri untuk kemaslahatan bersama.

 

Ada fenomena atau bahkan kejadian nyata di mana laki-laki (baca: suami) pintar, karena telah purna menempuh pendidikan setingkat dengan S1, S2, dan bahkan S3. Dan masih saja terus menimba ilmu dari membaca buku serta tak terlewatkan media elektronik yang dimiliki. Apa pun menu bacaan yang terhidang di google akan dilahap dengan cepat. Berarti laki-laki ini tergolong pintar kan!

 

Berikutnya di awal kehidupan berumah tangga nyaris tidak ada laki-laki yang berpangku tangan dalam menjalani biduk kehidupan rumah tangganya. Banyak aral melintang. Tidak semulus awalnya. Enam bulan pertama pasti sudah ada ketidakcocokan dari kedua insan yang jelas berbeda. Berbeda laksana sebuah puzzle. Puzzle yang harus tertata indah seperti yang seharusnya. Tentu saja dalam penataannya membutuhkan energi yang banyak. Laki-laki sebagai nahkoda tak mungkin bisa melajukan biduk rumah tangganya dengan baik jika tidak mempunyai kekuatan yang prima. Maknanya laki-laki ini teridentifikasi kuat.

 

Lalu, setelah menjalani kehidupan perkawinan sekitar 2 tahun hampir bisa dipastikan anggota keluarganya sudah bertambah. Dengan demikian sudah barang tentu beban tanggung jawabnya juga bertambah. Demikian seterusnya sampai berpuluh tahun hingga beranak pinak. Dan tentu saja banyak pengalaman pahit yang sudah dilewati. Jika biduk rumah tangganya tidak oleng bahkan tidak sampai karam bisa disimpulkan kalau laki-laki ini hebat.

 

Tiga gambaran laki-laki di atas adalah laki-laki yang mewakili quote Pak Emcho “Sepintar, sekuat, dan sehebat apa pun laki-laki, yang ingin dibahas kali ini. Jika semua sudah dipaparkan dengan jelas kelebihan yang dimiliki maka pertanyaannya bagaimana jika laki-laki ini tidak bertindak merendahkan wanita, justru sebaliknya menyanjungnya. Di setiap saat senantiasa membentengi atau lebih tepatnya menutupi kekurangan perempuan (baca: istri), akan  tetap tegarkah laki-laki ini? Akankah kehancuran mengancamnya? Sadarkah si istri dengan keadaan ini? Atau terlena bahkan terkesan melenakan diri!

 

Sebagai refleksi diri untuk saling menjaga tidak hanya laki-laki semata yang menjadi penanggung jawab atas kehancuran yang terjadi. Karena sama-sama makhluk ciptaan Allah yang masing-masing mempunyai kewajiban dan hak yang sesuai dengan yang dikodratkan. Seperti firman Allah dalam Al Quran surat An-Nisa’ ayat 1 yang artinya “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu”. Dari ayat ini dapat dipetik hikmah dan akan menjadi indah jika laki-laki dan perempuan (suami istri) saling berbagi, saling mengisi, saling melengkapi satu sama lain. Bukankah antara laki-laki dan perempuan yang terikat dalam kehidupan rumah tangga harus senantiasa merawat cinta mereka agar kehidupan rumah tangganya harmonis dan langgeng? Seperti yang dikemukakan oleh Ummu Rochimah dalam bukunya yang berjudul “Chemistry Jiwa: 7 Langkah Merawat Cinta dalam Rumah Tangga”.

 

Jadi kembali ke masalah pokok akankah quote “Sepintar, sekuat, dan sehebat apa pun laki-laki, jika dia merendahkan wanita, maka dia akan menuju kehancuran” berlaku hanya untuk laki-laki? Bagaimana jika sebaliknya? Sepintar, sekuat, dan sehebat apa pun laki-laki, jika dia direndahkan wanita, maka dia akan menuju kehancuran”. Ironis bukan? Semoga dengan refleksi diri yang berkesadaran tinggi akan menciptakan rumah tangga-rumah tangga sakinah mawadah warohmah kian bertebaran seantero bumi, hingga tidak ada lagi fitnah yang menimbulkan dendam yang mendarah daging yang mengakibatkan kemudharatan yang pasti.[]

 

 

Wallohu a'lam bish-shawab.

 

SURABAYA, 20 FEBRUARI 2021

Komentar

  1. ...namun mohon izin untuk muhasabah;
    bahwa An-Nisa ayat 1 yang menginformasikan bahwa Hawa diciptakan (dari)-nya (Adam) dapat dipahami dengan jernih dengan langkah-langkah iqro' bismirobbik.
    Pemahaman seperti ini dapat dipengaruhi oleh sebagaimana informasi tekstual dari Al Kitab, Kitab Kejadian pasal 2 ayat 21-23 bahwa Hawa diciptakan dari tulang samping/tulang rusuk Adam;
    demikian pula hadis Rasulullah SAW yang mengisahkan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang apabila dibiarkan potensi menjadi bengkok serta jika diluruskan dengan cara yang tidak arif akan patah.

    Sekilas dua informasi ini dapat berimplikasi pada mensubordinasikan perempuan atas laki-laki. Inilah yang dilarang oleh Kanjeng Nabi SAW dengan sabda beliau bahwa seandainya boleh, para perempuan (isteri) diutus beliau untuk menyembah laki-laki (suami). Artinya, tidak boleh.

    Hadis tentang perempuan dan tulang rusuk secara tekstual tampak majasinya. Hadis ini jelas tidak sedang menginformasikan tentang morfologi perempuan, tetapi tentang tarbiyah terhadap perempuan. "Tulang" diperlakukan sebagai majas, ibarat.

    Dapat dipahami bahwa informasi tentang proses kejadian Hawa dikaitkan dengan Adam dalam An-Nisa ayat 1 dikemas dalam kalimat majasi pula.

    Sebab manusia (laki-laki dan perempuan) diciptakan sama; yang membedakan hanya kadar ketakwaannya.
    (dapat dirujuk An Nisa 124 dan Al Hujurat 13) ....

    Mohon pencerahan kepada para Sahabat yang berkunjung ke blog ini dan Ahlinya ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitu nggih... Matur sembah nuwun nggih masukannya...
      Barakallah...

      Hapus
  2. Tulisan yang menggugah dan menyentuh. Selalu cocok untuk siapa pun yang mau berpikir. Makasih, Non.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matur sembah nuwun Pak Khoiri... Atas supportnya...
      Barakallah...


      Hapus
  3. Begitulah seharusnya. Laki-laki dan perempuan harus saling melengkapi. Bukankah keduanya seperti pakaian bagi satu dan lainnya. Hunna libasun lakum wa antum libaasun lahunna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Leres Bunda Herna...
      Matur tengkiyu atas kunjungannya...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer