Deru Laju Ujian Praktik di Masa Pandemi

Oleh: Sri Rahayu

Gambar dari koleksi pribadi

Tantangan adalah apa yang membuat hidup menarik dan mengatasinya adalah apa yang membuat hidup menjadi berarti.(Anonim).
Sebuah quote yang menarik yang hampir terlewatkan karena tersimpan di menu tangkapan layar entah kapan menangkapnya. Quote yang cocok dengan laju pelaksanaan ujian praktik menjelang akhir tahun pelajaran 2020-2021 bagi siswa kelas IX. Apanya yang cocok ya?

Ujian praktik baru saja berlalu di masa pandemi covid-19. Pelaksanaannya tentu saja berbeda dengan tahun kemarin. Semua dilakukan dengan daring, apalagi masih dalam masa PPKM jilid dua. Ada goresan kesan yang terbaca dari hampir seluruh siswa yang mengikutinya.

Sebelum pelaksanaan ujian praktik, guru mata pelajaran mengadakan technical meeting (TM) terlebih dahulu. Pada tahap ini tidak semua siswa bisa mengikutinya karena berbagai alasan. Nah inilah yang menjadi tantangan bagi guru pengampu mata pelajaran yang dipraktikkan. Tantangannya adalah bagaimana bisa siswa yang tidak mengikuti TM tetapi harus bisa melaksanakan ujian praktik. Lain halnya dengan siswa yang sudah mengikuti TM.

Siswa yang mengikuti TM tentu saja sudah memahami langkah-langkah pelaksanaan ujian. Dalam kegiatan TM dijelaskan bahan, alat, dan tata cara pembuatan dan pelaksanaan beserta cara pengumpulan hasilnya. Diharapkan semua siswa bisa melaksanakan mandiri di rumah masing-masing. Dan tidak menutup kemungkinan jika ada yang tidak jelas atau belum dipahami bisa menghubungi guru yang bersangkutan.

Lain halnya dengan siswa yang tidak mengikuti TM, yang ikut saja belum tentu paham seratus persen apalagi yang tidak ikut kan. Di sinilah tantangan yang saya maksud.

Mata pelajaran bahasa Inggris yang saya ampu mempraktikkan rewrite sebuah teks narasi dari  5 judul teks yang diberikan dan membacanya dengan benar. Tampak sederhana dan indikator level yang paling bawah kan! Tetapi kenyataannya begitulah, banyak siswa yang kesulitan melakukannya.

Jarak waktu antara TM dengan pelaksanaan ujian praktik secara daring menggunakan zoom adalah sepuluh hari. Dengan tujuan agar siswa bisa mempersiapkan dengan sebaik mungkin. Dalam tenggan waktu itu siswa harus mengumpulkan pekerjaannya dengan cara memfoto tulisan teks kemudian mengirimnya ke WA pribadi. Selain itu teks yang sudah dipilih dan ditulis kembali tersebut kemudian dibaca dan dibuat videonya saat membaca. Lantas dikirim juga ke WA.

Bagi para siswa yang memiliki motivasi tinggi dan berkemampuan tidak ada masalah. Akan tetapi bagi para siswa yang motivasinya nyaris tidak ada dan tentu saja dikuti dengan rendahnya kemampuan akan menjadi masalah. Apalagi jika ditambah dengan ketidak-pedulian orang tua. Inilah tantangannya. Di masa belajar dari rumah (BDR) juga memperberat tantangan. Jika belajar di sekolah, ada siswa yang kesulitan bisa langsung tertangani sebaliknya jika BDR tak semudah itu.

Bagi para siswa yang rajin dan mampu pengiriman teks dan video akan cepat diterima. Begitu juga bari para siswa yang rajin tapi tidak mampu pasti berusaha mengumpulkan ujian praktiknya dengan segera. Sehingga penilaian hasil kerja bisa dilakukan yang akhirnya bisa menentukan siapa yang berhak tampil di ujian praktik melalui zoom. Bukan berarti tidak memberi kesempatan yang sama bagi seluruh siswa tetapi mengingat batasan kuota paket data siswa yang beragam yang mempengaruhi langkah ini. Ini pun sudah melalui kesepakatan saat TM.

Hasilnya, hampir 70% siswa yang berhasil mengumpulkan foto dan video sesuai ketentuan. Sisanya masih belum terlaksana. Inilah tantangan berikutnya. Sesuai dengan quote di atas “Tantangan adalah apa yang membuat hidup menarik” maka tantangan inilah yang membuat ujian praktik (pembelajaran) ini menarik. Menarik karena saya harus membuat list yang belum mengirim di WA. List yang ada kemudian di-forward ke grup wali kelas. Lalu wali kelas mem-forward ke grup siswa dan wali siswa atau bahkan grup wakil wali siswa. Mengapa koq begitu?

Di grup siswa tentu saja anggotanya siswa dalam satu kelas. Uniknya tidak semua siswa tanggap dengan yang disampaikan guru. Sehingga perlu kiranya disampaikan pula di grup orang tua. Tapi aneh juga ada wali siswa yang tidak peduli dengan ini, maka senjata pamungkas dengan mengirim list tersebut ke grup wakil wali siswa. Grup ini terdiri dari perwakilan wali siswa dari semua kelas yang ada di sekolah. Mantap kan!

Sudah mantap begitu masih ada yang tidak peduli lagi, walau di setiap list selalu ada catatan yang cukup menggelitik. Akhirnya perlu mengeluarkan senjata pamungkas yang paling pungkasan yaitu mendatangkan siswa beserta orang tua walinya. Dengan cara WA pribadi atau VC wali siswa dihubungi. Dan datanglah mereka ke sekolah walau melanggar ketentuan PPKM. Demi teratasinya tantangan yang ada.

Gambar dai koleksi pribadi

Dengan datangnya siswa plus wali siswa dicari titik temu untuk mengatasi masalah dalam tantangan yang tercipta. Pada umumnya orang tua senantiasa membela anaknya. Wajar saja, kan darah dagingnya. Tetapi tatkala penyadaran sudah berhasil dan pelaksanaan ujian praktik sebagai tagihannya maka benarlah adanya bahwa “mengatasinya adalah apa yang membuat hidup menjadi berarti”. Maknanya mengatasi kesulitan pelaksanaan ujian praktik yang terkesan tersendat lajunya menjadi menderu-deru. Menderu usahanya bapak ibu guru tentu saja. Sehingga mengatasinya adalah apa yang membuat ujian praktik (pembelajaran) menjadi berarti. Berarti karena pembelajaran terutama pembelajaran daring di masa pandemi harus disertai dengan peran keikutsertaan orang tua/wali siswa juga. Jadi bukan hanya guru saja yang berperan, orang tua juga menjadi guru dalam pembelajaran daring. Dengan demikian tercapailah tujuan pendidikan formal di masa pandemi.[]

 

KEBONSARI, 27 FEBRUARI 2021

Komentar

  1. Mengatasinya adalah apa yang membuat hidup menjadi berarti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inggih leres... Matur sembah nuwun nggih Pak Emcho...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer