Keagungan dalam Kesederhanaan Pernikahan

Oleh: Sri Rahayu


      Pernikahan atau nikah menurut Wikipedia adalah terkumpul atau menyatu. Sedangkan menurut KBBI, pernikahan adalah sebuah ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Artinya menyatukan dua insan yang berbeda gender di bawah naungan ikatan ijab qabul. Sederhana kan!


         Banyak tulisan mengupas tentang suami atau istri yang ideal bin idaman. Nah, masing-masing menuntut kesempurnaan. Kesempurnaan yang sejatinya hanya semu. Bukankah tidak ada yang sempurna di dunia ini? Kesempurnaan hanya milik Allah bukan!

   Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengarungi mahligai rumah tangga. Keberlangsungan serta kelanggengan pernikahan sangat bergantung pada hal-hal ini. Beberapa hal itu antara lain kesepakatan sebelum menikah, proses pernikahan, dan proses lanjutan setelah menikah. Apa iya?

      Kesepakatan sebelum menikah terjadi ketika dua insan saling berkomitmen untuk melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan. Bisa jadi atau sebagian besar pasangan ini sudah saling mengenal satu sama lain atau bahkan saling jatuh cinta. Anda tentu pernah merasakan jatuh cinta bukan! Nah, rasa ini yang seharusnya dipelihara hingga kapan pun. Ciptakan rasa jatuh cinta ini setiap hari sepanjang masa. Artinya kapan pun dan dalam keadaan apa pun tetap jatuh cinta pada pasangan sah.

       Sebagai pedoman untuk menciptakan rasa jatuh cinta pada pasangan adalah dengan melihat dan mengingat kelebihan-kelebihannya. Dan tentu saja tidak menghiraukan kekurangannya. Seperti yang diajarkan Allah pada firman-Nya QS An-Nisa ayat 19 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. Tidak mudah memang tetapi sederhana kan! Bukankah kata sepakat untuk menikah masih terngiang jelas di telinga.

         Selanjutnya dalam proses pernikahan tentu ada rasa bahagia yang tiada terkira karena dalam hidup, fase pernikahan adalah fase menuju kemandirian. Pernikahan merupakan tiket untuk hidup terpisah dengan orang tua. Membangun rumah tangga sendiri, sedikit demi sedikit melepaskan diri dari campur tangan orang tua.

         Memadukan asa berdua dengan pasangan. Memosisikan diri sesuai dengan yang seharusnya, sebagai suami dan sebagai istri. Sebagai pasangan yang menjalin hubungan belahan peran serta belahan jiwa seperti yang diutarakan Ummu Rochimah dalam bukunya Chemistry Jiwa. Dengan memahami jalinan kedua hubungan ini maka proses pernikahan (moment pernikahan) merupakan dambaan semua insan dan ingin menyegerakannya jika sudah saatnya.

       Semua pernikahan sudah bisa dipastikan bertujuan untuk menciptakan keluarga sakinah mawadah warahmah. Tujuan ini akan tercapai manakala pasangan suami istri tetap menjaga komitmen pernikahan serta merawat cinta kasih yang terjalin selamanya. Proses pemahaman serta penerimaan perbedaan dari dua manusia yang berada dalam satu mahligai. Mahligai rumah tangga yang harmonis karena kepiawaian dua insan yang saling mengasihi dan mencintai hingga tercipta ketentraman jiwa.

       Ketentraman jiwa merupakan hasil dari komunikasi yang indah antara suami dan istri. Tidak saling menyakiti, saling menjaga perasaan, dan tahu serta memahami pasangan. Menyadari posisi masing-masing beserta hak dan kewajibannya sangat berperan dalam menciptakan keluarga sakinah mawadah warahmah. Dan yang lebih penting lagi ada ibadah-ibadah yang berpahala besar yang dijanjikan Allah yang bisa dilakukan atau bahkan suatu keharusan dalam berumah tangga. Jika semua itu dilakukan maka berkah akan melimpah, dan akan ada ungkapan “getun koq gak biyen-biyen nikah, koq lagi sak iki”. Benar kan!

       Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya pernikahan itu sederhana. Menyatunya dua insan yang bersepakat untuk menikah. Lantas melakukan pernikahan dan menjalaninya hingga akhir masa kebersamaannya. Ada keagungan di balik kesederhanaan itu, karena dua insan yang berbeda disatukan. Keegoan masing-masing individu ini yang membuat pernikahan tidak sederhana lagi. Keegoan yang menciptakan kerumitan. Semoga kita bisa terhindar dari kerumitan dalam berumah tangga. Dan bisa mewujudkan keluarga sakinah mawadah waramah. Aamiin. Bagaimana menurut Anda?[]

 

Wallohu a'lam bish-shawab

 

KEBONSARI, 20 MARET 2021

Komentar

  1. Ada keagungan di balik kesederhanaan itu. Mantabs ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inggih Pak...semoga tak lesap dalam keegoan...
      pangestunipun

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer