Enaknya Sekali, Uenaknya Berkali-kali

Oleh; Sri Rahayu

      Jika pada edisi 20 Maret 2021 saya menulis tentang keagungan dalam kesederhanaan pernikahan, kali ini saya ingin mengungkap apa yang ada di seputar kehidupan pernikahan. Bukan sok tahu tentang pernikahan sih, tetapi lebih pada hikmah apa saja yang terdapat pada pernikahan.

      Pernikahan adalah salah satu tuntunan agama seperti firman Allah pada surat An-nissa ayat 4 yang artinya “Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati . Selain itu, nikah merupakan salah satu sunah Rasul  yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub Radhiyallahu anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa-malu, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah.” (HR. At-Tirmidzi no. 1086). Lantas apa hubungannya dengan judul “Enaknya Sekali, Uenaknya Berkali-kali”?


   Baiklah, sesungguhnya pernikahan tidak tiba-tiba, akan tetapi ada proses panjang yang mendahuluinya. Proses taaruf yang cukup memerlukan waktu yang tidak sedikit. Belum lagi proses pinangan yang tentu saja mempertemukan keluarga dari kedua belah pihak hingga penentuan hari H pernikahan. Semuanya memerlukan kesabaran, karena dari keluarga yang berbeda.

    Lain halnya dengan kedua calon mempelai, mereka menunggu hari H dengan berbunga-bunga. Membayangkan indahnya asa yang mereka rancang berdua. Asa menyatunya dua insan yang berbeda dalam satu mahligai. Mahligai indah dalam sebuah perkawinan.

    Hingga tibalah saatnya hari H yang ditunggu-tunggu, ijab qabul dilaksanakan dengan senyum mengembang atau bahkan dengan deraian air mata saking bahagianya. Bahagia bercampur haru. Dan puncak penantian yang terlabuhkan pada malam pertama mereka. Eits, jangan membayangkan yang tidak-tidak lho ya. Cukup bayangkan indahnya saja, serta enaknya. Enaknya sekali kan! Lalu mana yang berkali-kali?  

      Okay, bangun pagi sudah harus mandi, segar kan? Enak kan! Dilanjut salat subuh berjamaah. Ingat, berapa pahala salat berjamaah, enak juga kan! Setelah itu menyiapkan makan dan minum untuk suami (bagi istri) dicatat sebagai ibadah juga kan! Makan bersama, ada yang menemani, enak juga kan! Lantas pergi bersama ke tempat kerja bagi istri yang bekerja, hem, enak juga kan! Berbagi cerita baik suka maupun duka dalam bekerja pada pasangan sah, enak juga kan! Bisa dibayangkan pula saat bercerita bagaimana indahnya jika saling memperhatikan, saling melempar senyum, saling menggoda, saling membelai, dan masih banyak lagi saling-saling yang lain.

       Bagaimana kawan, masih tidak percaya dengan ungkapan ‘Uenaknya berkali-kali”? Tentu saja ada yang berpendapat “lha itu kan awal pernikahan”. Ya…ya, memang setelah pernikahan kira-kira masuk bulan keenam akan ada masalah-masalah yang tidak mengenakkan timbul di tengah mahligai perkawinan. Tetapi, menurut hemat saya tatkala menghadapi masalah kembalikan saja rasanya seolah itu terjadi di awal pernikahan. Ingatlah pada saat malam pertama, hari pertama dan seterusnya. Jadi masih terasa enak kan!

      Ciptakan rasa deg degan dalam menyambut suami (bagi istri) saat pulang kerja. Dan bagi suami ciptakan rasa rindu saat mau berjumpa istri di rumah. Dan jangan lupa untuk selalu jatuh cinta pada pasangan sah yang ada di rumah. Walaupun rasa cinta itu ada pasang surut seperti yang pernah diungkapkan Pak Much. Khoiri (guru saya) suatu saat, entah lupa pastinya. Nah, bagaimana caranya jatuh cinta?

      Kawan, kita diciptakan Allah jangkep bahkan sempurna dengan kelebihan sekali gus kekurangan kita. Bukankah kita makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk yang lain? Dari sinilah seharusnya kita bisa mengelola untuk menciptakan rasa jatuh cinta. Dengan memfokuskan pada kelebihan pasangan, maka rasa itu akan terjaga. Kita tinggal menikmati enaknya, tidak perlu bersusah payah. Koq bisa?

     Ya iyalah. Kita tidak mendidik dan menyekolahkan pasangan, tiba-tiba kita yang menikmati hasilnya. Aha, apa tidak tergolong enak itu. Kunci dari kebahagiaan adalah bersyukur. Rasa syukur atas apa yang telah kita peroleh dan rasakan. Jangan membandingkan dengan yang lebih. Bandingkanlah dengan yang kurang. Satu lagi yang perlu dicatat bahwa enak atau tidak enak bergantung pada yang merasakan bukan pada yang melihat. Pernahkah Anda mendengar ungkapan sawang sinawang. Kurang lebih maknanya seperti yang saya bahas di paragraf ini.

        Akhirnya, untuk menyudahi gambaran tentang “Enaknya Sekali, Uenaknya Berkali-kali” adalah dengan menyimpulkan bahwa sesungguhnya kehidupan pernikahan jika didasari niat ikhlas semata untuk beribadah maka tidak akan ada penyesalan setelahnya. Justru sebaliknya menyesal mengapa koq gak biyen-biyen menikah. Karena semua kebaikan dalam pernikahan bernilai ibadah. Dan ibadah akan ada sejumlah balasan pahala yang menyertai di samping kenikmatan yang membersamai. Maka renungkanlah! Semoga Allah memberkahi kita semua. Aamiin.

 

Sebuah refleksi pribadi.

 

KEBONSARI, 7 APRIL 2021

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer