Kiprah Kartini Milenial di Bulan Ramadhan

 Oleh: Sri Rahayu

       Jalan hidup manusia adalah pilihan, dia berhak memilih,  Allah-lah  yang menentukan. Begitu juga halnya dengan profesi seseorang. Dia akan berusaha menggapai apa yang diinginkan, Allah yang memastikan. Seperti janji Allah pada QS Ar Rad ayat 11 yang artinya “ Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang mengubahnya”. Nah, apa hubungannya dengan judul tulisan ini?

      R. A. Kartini sebagai pahlawan kaum perempuan yang moncer namanya setelah beliau wafat adalah pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita. Sebagai pelopor kesetaraan derajad perempuan dan laki-laki di daerahnya khususnya dan di seluruh Indonesia pada umumnya. Persamaan gender dalam kedudukan profesi yang diperjuangkannya menjadi nyata dengan berjalannya waktu. Perubahan-perubahan yang signifikan bermunculan setelah masa itu, bahkan sampai saat ini hampir tidak ada batas perbedaannya.

                                                      Sumber Gambar: dari grup WA

       Yang menarik untuk dijabarkan adalah ketika memasuki bulan Ramadhan, bulan yang senantiasa dinanti-nantikan kaum muslimin di dunia ini. Bulan di mana semua kebaikan mendapat balasan pahala yang berlipat ganda. Bulan yang penuh ampunan. Bulan yang penuh berkah, dan masih banyak lagi gambaran yang mengagungkan bulan Ramadhan. Di bulan ini peran seorang ibu, Kartini Milenial, sangat lah penting. Bukan berarti meremehkan peran bapak. Koq bisa?

       Ya, tentu bisa. Kartini milenial adalah seorang ibu yang berperan ganda. Ganda karena di samping sebagai seorang ibu dari anak-anaknya juga sebagai sseorang pekerja pencari nafkah entah sebagai tulang punggung keluarga atau sebagai pembantu pencari nafkah ( suami yang utama-red ). Kartini milenial jenis ini tentu saja tanggung jawabnya lebih besar. Muatan beban kerjanya lebih bervariasi.

     Bervariasi karena tugasnya bertambah sesuai dengan kegiatan di bulan Ramadhan. Variasinya muncul beriringan dengan munculnya diksi-diksi yang ada di bulan ini seperti takjil, menu buka puasa, kegiatan salat tarawih, aktivitas tadarus, dan makan sahur. Benarkah?

       Diksi takjil berasal dari bahasa Arab yang atinya menyegerakan atau cepat-cepat. Nah, yang kita kenal takjil adalah makanan pembuka saat puasa harus segera dibatalkan karena sudah saatnya berbuka. Jenis makanan ringan yang tentu saja disukai dari hampir seluruh anggota keluarga kalau takjilnya disiapkan di rumah. Di sini peran Kartini milenial ditampilkan lebih dari hari biasa. Dengan sigap si ibu menyiapkan takjil yang sudah dirancang sebelum dan bahkan di saat ibu bekerja sesuai profesinya. Dengan tujuan memenuhi keinginan buah hati dan idaman hatinya di rumah.

       Selanjutnya menu buka puasa adalah menu pokok setelah makanan pembuka (takjil). menu ini tentu saja sebagai sajian utama untuk disantap setelah seharian berpuasa. Dalam penyiapannya memerlukan waktu tertentu setelah aktivitas wajib dalam tugas keprofesiannya. Jika jam kerja di atas pukul 15.00, maknanya sang ibu harus langsung mengerjakan proses penyiapan menu sajian buka puasa tanpa jeda. Bisa dibayangkan betapa sibuk ritme kerjanya di bulan Ramadhan. Tetapi ada satu hal yang membuat semangat tetap menyala yaitu rida Illahi Robi sebagai amalan pemberat saat hari penghisaban tiba.

       Jika semua kegiatan yang berhubungan dengan buka puasa sudah usai maka aktivitas berikutnya adalah salat tarawih. Kegiatan ini tidak bisa kita jumpai di malam-malam di luar bulan Ramadhan. Kegiatan istimewa yang senantiasa dikerjakan sebagai salah satu cara untuk meraih maghfirah-Nya. Sehingga tak ketinggalan pula sang Kartini milenial berlomba untuk mendapatkannya juga. Tidak peduli dengan keadaan raga yang sudah lelah usai melaksanakan kegiatan-kegiatan seharian.

         Aktivitas lanjutan seusai salat tarawih adalah tadarus. Tadarus menurut KBBI adalah pembacaan Al Quran secara bersama-sama (dalam bulan Ramadhan). tadarus lazimnya dilakukan di musala atau di masjid-masjid. Tidak sedikit Kartini milenial melakukan kegiatan ini setelah salat tarawih dilaksanakan. Mereka mengerjakan tadarus tanpa harus pulang dulu ke rumah. Jadi berlanjut tanpa jeda. Hal ini pula sebagai jalan lain mengharap balasan pahala yang telah Allah janjikan. Tidak peduli dengan letih yang merayapi raga.

       Sebagai penutup kegiatan harian di bulan puasa adalah makan sahur. “Makan sahur menurut Liputan6.com, Jakarta adalah suatu amalan yang dianjurkan saat melakukan ibadah puasa. Makan sahur dilakukan agar seseorang yang berpuasa kuat menahan tidak makan dan minum sampai waktu berbuka tiba”. Makan sahur dilakukan pagi hari menjelang subuh. Maknanya kegiatan ini dilaksanakan setelah bangun tidur dini hari. Ada kemalasan setelah tidur untuk langsung makan. Jika rasa itu dituruti maka kelaparan melanda saat berpuasa. Sekali lagi peran Kartini milenial dituntut untuk mengenyahkan rasa malas yang melanda hampir setiap anggota keluarga. Dan tentu saja hal ini merupakan tantangan yang berpahala besar bagi mereka, para ibu sejati. Kelancaran dan kemulusan jalan berpuasa banyak ditentukan oleh makan sahur, walaupun tidak mutlak. Kelihaian Kartini milenial  dalam menyajikan makanan serta kemampuan membangunkan anggota keluarga yang terlelap dalam tidur pulasnya juga menentukan keindahan makan sahur. Tentu saja pahala yang besar sudah menanti.

      Akhirnya, dari jabaran di atas bisa disimpulkan bahwa peran serta para ibu (Kartini milenial) sangat penting kiprahnya di bulan Ramadhan ini. Hampir semua kegiatan yang dilakukan sehari-hari berbeda dengan kegiatan di luar bulan Ramadhan. Ada penambahan kegiatan yang menyertai. Menyiapkan takjil, menu buka puasa, salat tarawih, tadarus, dan makan sahur adalah kegiatan ekstra bagi mereka. Bagaimana mereka menjalani dan mengamalkannya itu yang penting. Kesabaran yang berlebih yang diharapkan dari para ibu yang berstatus pekerja profesional. Agar semua berjalan seperti yang diharapkan dengan tidak mengabaikan peran ayah sebagai kepala keluarga. Selamat hari Kartini. Semoga dengan semangat Kartini kita, para ibu di era milenial, mampu meniti hidup di dunia dengan indah guna menggapai hidup abadi kelak di akhirat dengan lebih indah lagi. Aamiin.[]

Wallohu a'lam bish-shawab

Sebuah catatan pribadi. 

KEBONSARI, 21 APRIL 2021

Komentar

  1. Sajian renyah tur kekinian bingit .... Gambaran realitas kartini milenial yang jamak luput dari penyadaran pada saat momen peringatan Hari Kartini sekalipun ... Mantul ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makaten nggih ...
      Matur sembah nuwun Bapak atas apresiasinya...
      Barakallah...

      Hapus
  2. Ok banget sajiannya bu... Selamat menikmati peran double ganda di Ramadan semoga barokah...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer