Pentingnya Mereplikasi Kehidupan Beribadah di Bulan Ramadan pada Sebelas Bulan Berikutnya

 Oleh : Sri Rahayu

       Puasa di bulan Ramadan adalah rukun Islam yang keempat. Jadi karena rukun maka hukumnya wajib dijalankan oleh umat Islam (orang-orang yang beriman) yang telah memenuhi syarat dan ketentuan dalam melaksanakannya. Sebagai salah satu landasan perintah atas ibadah ini adalah Al Qur’an  surat Al Baqoroh ayat 183 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."  

      Jika dalam ayat tersebut disebutkan bahwa tujuan berpuasa adalah agar bertakwa, maka ingin rasanya saya menggambarkan bagaimana takwa itu sendiri saat menjalani hari-hari ketika berpuasa dengan kehidupan penuh ibadah sebagai tolok ukur takwa. Kehidupan dimulai dari kegiatan  makan sahur sampai makan sahur lagi di hari berikutnya. Bukan berarti harus sama persis setiap hari ya.

                                                            Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
       Ada beberapa amalan ibadah yang ingin saya ulas sebagai contoh replika kehidupan di bulan Ramadan yang harus tetap dirawat pengamalannya di sebelas bulan yang lain dalam satu tahun. Amalan itu antara lain puasa itu sendiri, semangat berbagi rezeki, shalat malam, dan membaca kitab suci Al Qur’an. Apa benar demikian?

       Puasa yang saya pahami adalah menahan makan, minum dan perbuatan yang membatalkannya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Ada banyak hikmah di balik ibadah ini antara lain kita bisa berempati bagaimana rasa lapar orang-orang yang kurang beruntung saat tak mempunyai uang untuk membeli makanan. Selain itu dengan tidak makan dan minum seharian maka energi yang dihasilkan tubuh pun akan berkurang sehingga berakibat melemahnya kekuatan jasad. Hal ini bisa memperlunak hati yang akhirnya bisa mengendalikan emosi. Dan pada umumnya setelah itu maka yang meluncur deras dari lidah adalah istighfar bukan umpatan. Jadi alangkah indahnya jika ibadah ini direplikasikan dalam kehidupan sehari-hari berupa ibadah puasa-puasa sunnah.

        Lantas bagaimana dengan semangat berbagi rezeki? Salah satu hikmah berpuasa yang saya sebut di atas adalah berempati pada orang-orang yang kurang beruntung yang tidak mampu membeli makanan dan minuman sehingga mereka akrab dengan lapar dan haus. Nah dari  rasa empati ini maka timbullah semangat untuk berbagi kepada yang tidak mampu. Mengingat mereka pada saat makan berlebih kemudian menyisihkan sebagian untuk mereka. Begitu juga saat mendapat rezeki uang maka hal yang pertama diingat adalah kewajiban zakat 2,5% dari uang itu yang dibagikan. Jika di bulan Ramadan dijanjikan Allah akan mendapat pahala berlipat ganda yang akhirnya menjadi kebiasaan di bulan-bulan berikutnya. Sungguh sebuah replika yang indah dan mengindahkan bukan?

       Nah sekarang tentang shalat malam yang dilaksanakan pada bulan Ramadan saja adalah shalat tarawih. Tidak sedikit bahkan penuh sesak jamaah yang mengikuti ibadah ini, walau ada fenomena hanya di awal-awal bulan puasa. Hal ini tidak mengurangi kekhidmatannya. Kebiasaan melaksanakan shalat tarawih inilah yang terbawa hingga bulan Ramadan berlalu. Bagi yang berkesadaran penuh atas pentingnya shalat malam, shalat tarawih adalah salah satu contoh pembiasaan yang perlu dijaga keberadaannya hingga bulan Ramadan berikutnya tiba. Alangkah damainya hidup jika shalat lima waktu plus shalat malam terpelihara ketepatan waktu dan keajegan dalam pelaksanaannya. Bukankah Allah telah berfirman dalam QS Al Baqoroh ayat 153 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. Adakah keraguan di dalamnya?

       Amalan ibadah pamungkas yang ingin saya ulas adalah membaca kitab suci Al Qur’an. Pada umumnya orang menyebut kegiatan ini dengan sebutan tadarus. Kegiatan yang biasa  dilaksanakan setelah shalat tarawih. Menurut KBBI tadarus adalah membaca Al Qur’an bersama-sama. Tempat yang sering digunakan adalah masjid atau mushala. Dengan membaca bersama-sama selama satu bulan, maka akan terbiasa untuk membaca kitab suci secara mandiri di rumah masing-masing setelah Ramadan usai. Dengan demikian syafaat menanti di hari pembalasan nanti. Bisa dibayangkan betapa besar manfaatnya bukan?

       Akhirnya dari seluruh ulasan yang telah terjabarkan di atas bisa ditarik kesimpulan seberapa pentingnya mereplikasi kehidupan beribadah di bulan Ramadan pada sebelas bulan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Bila diumpamakan bulan Ramadan sebagai bulan penggemblengan maka sebelas bulan yang lainnya sebagai wahana untuk mempraktikkan amalan-amalan ibadah hasil dari gemblengannya. Sehingga hidup lebih bermakna walau ada yang mengibaratkan hidup di dunia ini sekedar mampir ngombe. Ngombe untuk bekal dalam meraih kehidupan yang kekal yaitu kehidupan akhirat. Semoga kita mendapatkan kehidupan yang indah, seindah jannah-Nya. Aamiin.[]

Wallohu a'lam bish-shawab

Sebuah opini pribadi.

KEBONSARI, 18 MEI 2021

Komentar

  1. Sebuah tulisan yang bagus dan menginspirasi.

    BalasHapus
  2. Benar sekali Bu.
    Apalagi yang sering kita baca kalau kita sedih kehilangan bulan Ramadan. Sejatinya amalannya tetap bisa dijalankan meskipun Ramadan berlalu. Biarlah urusan Allah seberapa besar pahalanya. yang penting menjaga amalan yg sdh bagus selama Ramadan. Insyaallah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Leres Bu Mien... Mugi Allah paring kemudahan dan kelancaran pada kita untuk tetap istiqamah menjalankannya nggih...
      Aamiin...

      Hapus
  3. Masya Allah. Tetap relevan dan menginspirasi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer