Menyelami Sisi Lain Kehidupan: Pada Novel Orang-Orang Biasa Ordinary People

Oleh: Sri Rahayu


Judul: Orang-Orang Biasa Ordinary Peolpe

Penulis: Andrea Hirata

Ukuran: 13 x 20 cm                       

Tebal: 312 (xii + 300)

Penerbit: Bentang Pustaka

ISBN: 978-602-291-524-9

Tahun Terbit: 2019

 

Siapa yang tidak kenal dengan penulis yang satu ini. Hampir semua pembaca buku atau lebih tepatnya novel pasti tahu, Andrea Hirata. Ya. Andrea Hirata adalah pemenang pertama New York Book Festival 2013, untuk Laskar Pelangi edisi Amerika (The Rainbow Troops), penerbit Farrar, Straus & Giroux, New York, kategori General Fiction dan pemenang pertama Buchawards 2013, German untuk Die Regenbogen Truppe (Laskar Pelangi edisi Jerman), penerbit Hanser-Berlin. Dari sini jelas tidak diragukan lagi kualitas karyanya khususnya dalam novel Orang-Orang Biasa Ordinary People.

Orang-Orang Biasa terdiri dari 3 bagian. Pertama, ada halaman persembahan, kata-kata bijak, dan kata pengantar atau pesan dari tim manajemen. Kedua, tema- tema dari isi cerita di novel itu sendiri. Dan yang terakhir, ketiga, adalah katalog novel Laskar Pelangi , edisi internasional ( Amerika, Jerman, Australia,Turki, Maroko, Perancis, Tahiti, Tanzania, Spanyol, Colombia, Argentina, Equador, Bolivia, Nicaragua, Rica, Chile, Meksiko, Honduras, Jepang, Thailand, Philipina, Bahrain, Oman, Hongkong, Vietnam, dll.) dan edisi Indonesia. Kesemuanya dikemas secara apik. Tak membosankan. Dan tidak mengurangi nilai isi novel itu sendiri.


Novel hasil goresan tangan dingin Andrea Hirata yang satu ini, Orang-Orang Biasa, benar-benar menggelitik. Bagaimana tidak, beliau mengangkat sisi kehidupan pada sekelompok orang yang kurang beruntung (bodoh, penghayal, miskin, bahkan buruk rupa). Dengan indah beliau menuangkan ide cerita. Alur yang apik. Penggunaan bahasa yang sesuai dengan budaya lokal yang pas dengan setting tempat kejadian perkara. Pengunaan majas hiperbola, personifikasi, metafora dan lain-lain sangat indah. Satu lagi sense of humour nya tinggi. Pantas jikalau beliau sebagai pendiri museum sastra satu-satunya di Indonesia, Museum Kata Andrea Hirata sejak 2009, di kampung kelahirannya di Belitong.

Dalam novel ini, Andrea Hirata mengawali kisah dengan menggambarkan setting cerita di sebuah kota dengan topik pertama Kota Yang Naif (2019, 1). Koq bisa naif? Beliau mendiskripsikan kota Belantik yang damai…’satu hal yang dipahami Inspektur tentang penduduk Belantik adalah jika ada masalah, mereka cenderung menyelesaikannya secara kekeluargaan…di sisi lain beliau menggambarkan… Jika mereka miskin, mereka bersahaja; jika mereka kaya, mereka tidak rakus; jika mereka tidak miskin, tetapi juga tidak kaya, mereka tidak ada (lucu sekali kan)  barangkali tak ada yang keberatan jika dikatakan Belantik adalah kota ukuran sedang paling aman dan paling naif di seluruh dunia ini. Suatu kota di pinggir laut yang penduduknya telah lupa cara bebuat jahat (2019, 5)….Tidak seperti pada umumnya. Maksudnya, pada umumnya di kota banyak kejahatan, banyak ketimpangan antara si kaya dan si miskin, si pandai dan si bodoh dan sebagainya. Di Belantik tak begitu.

Dikisahkan setiap tokoh pada novel ini, dari masa sekolah hingga mereka dewasa terus bergulir. Penamaan tokohnya sesuai dengan karakternya atau perannya. Misalnya guru matematika ;Bu Desi Mal, guru honorer; Honorun, penghayal; Handai Tolani, bodoh dan jorok; Rusip; tak pandai matematika; Mardinah, sok cantik dan suka selfie; Nihe, pengekor Nihe; Junilah. Dan masih banyak lagi tokoh lain yang Namanya mudah diingat karena kelakuannya.

Konflik muncul dalam cerita ini ketika suami Dinah meninggal. Dia bekerja sendirian sebagai penjual mainan anak-anak yang selalu dikejar aparat karena tempat berjualan yang tidak tepat. Dalam kesulitan ekonomi seperti ini anak sulungnya, Aini, diterima di fakultas kedokteran. Apa boleh buat akhirnya grup Dinah (delapan sekawan sejak SD sampai SMP) merencanakan merampok sebuah bank di Belantik. Pembaca bisa membayangkan bagaimana sekawanan orang yang lugu dan tak pandai, merencanakan perampokan. Sementara di sisi lain ada sekelompok perampok professional yang juga merencanakan perampokan di Belantik pada moment yang sama. Moment perayaan Agustusan. Hal ini tertuang pada tema Profesional Versus Amatir (2019, 141).

Cukup seru dan kocak sekali gus konyol, dengan penuturan Bahasa ala Andrea Hirata, sesuai dengan tema pembuka 15 Tahun Mengembara Dunia dan Tersenyum Bersama Karya-Karya Andrea Hirata. Benar adanya, pembaca bisa tersenyum sendiri bahkan terpingkal-pingkal ketika membaca pada saat pelaksanaan perampokan oleh delapan sekawan yang dipaparkan pada tema Hari Perampokan (2019, 175). Perampokan sebuah bank yang direncanakan selama 22 hari dan pada hari H dibelokkan untuk merampok sebuah toko batu mulia milik teman sekolahnya. Teman yang suka membuli sekawanan ini saat sama-sama masih bersekolah di kelas yang sama. Toko ini hanya sebagai kedok, sesungguhnya toko ini tempat pencucian uang hasil korupsi dari seluruh negeri. Sementara itu perampok yang professional mencuri uang 800 juta di Koperasi Simpan Pinjam Lancar Sejahtera.

Sungguh menarik kisah Orang-Orang Biasa yang benar-benar biasa. Alami. Lugu. Konyol. Tetapi masih memperhitungkan baik buruknya ketika mau membiayai anak sekolah atau kuliah, harus dari uang yang jelas kehalalannya. Walau dalam keadaan mendesak. Dan anehnya mereka terbebas dari jeratan hukum walau sudah merampok uang cash 18 milyar. Nah, sahabat, tertarikkah anda untuk membacanya? Silakan meminang dan menikmatinya agar bertambah perbendaharaan kata serta meluasnya wawasan tujuan dalam hidup. Sehingga hidup lebih bermakna lagi berkah. Bersyukur dengan yang kita punya,[]

 

Kebonsari, Surabaya, 24 Januari 2023

Sri Rahayu

Komentar

  1. Provokatif. Resensi yang bagus, penggambaran isi buku menunjukkan bahwa penulis resensi telah tuntas beberapa kali membaca buku yang lumayan tebal itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap...Inggih PakDSus...
      Dengan energi yang masih ada...tertatih..

      Hapus
  2. The real life yang sering terlupakan untuk jadi teladan.
    Sangat menginspirasi. Jadi orang biasa- biasa saja pun tetap menginspirasi

    BalasHapus
  3. Kadang heran juga lo, Andrea Hirata itu tampak pendiam, tetapi bisa menulis sgt lucu bahkan konyol.
    Memang sdh profesional.

    Keren Bu.... Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah Bu Mien...sangat menghibur...sambil merasakan susahnya hidup...
      Matur nuwun...

      Hapus
  4. Orang biasa bisa berperilaku luar biasa. Mereka tidak membiarkan keluguan dan kebodohan untuk kecurangan.

    BalasHapus
  5. Wah keren resensi dan bukunya. Jadi pingin membaca lebuh lengkap. Mksih bu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer